Apa itu Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT)?
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) adalah pendekatan medis yang dirancang untuk mencegah perkembangan tuberkulosis (TBC) dari bentuk laten menjadi bentuk aktif yang menular. TBC laten adalah kondisi di mana seseorang terinfeksi oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis tetapi tidak menunjukkan gejala dan tidak menularkan penyakit kepada orang lain. Meskipun tidak aktif, infeksi ini dapat berkembang menjadi TBC aktif jika sistem kekebalan tubuh melemah atau terpapar faktor risiko tertentu. Oleh karena itu, TPT memainkan peran krusial dalam pengendalian penyakit ini.
Tujuan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT)
Tujuan utama dari TPT adalah untuk mencegah perkembangan TBC laten menjadi TBC aktif. Infeksi laten dapat menjadi aktif kapan saja, terutama pada individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti mereka yang hidup dengan HIV/AIDS, atau mereka yang memiliki kondisi medis lain yang menurunkan kekebalan tubuh. Dengan mengobati TBC laten, kita dapat mengurangi risiko terjadinya TBC aktif yang bisa menular kepada orang lain dan menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius.
Siapa yang Memerlukan TPT?
TPT biasanya direkomendasikan untuk kelompok-kelompok berikut:
- Kontak Dekat dengan Pasien TBC Aktif: Orang yang tinggal atau berhubungan erat dengan individu yang menderita TBC aktif berisiko tinggi tertular infeksi laten.
- Penderita HIV/AIDS: Individu dengan HIV memiliki risiko tinggi berkembang menjadi TBC aktif karena sistem kekebalan tubuh yang terganggu.
- Anak-anak: Anak-anak yang terpapar dengan orang yang memiliki TBC aktif, terutama jika mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang tidak sepenuhnya berkembang, mungkin memerlukan TPT.
- Individu dengan Risiko Tinggi Lainnya: Mereka yang memiliki kondisi medis yang menurunkan kekebalan tubuh atau mereka yang baru saja menjalani transplantasi organ juga mungkin perlu menjalani TPT.
Jenis Terapi dan Durasi Pengobatan
Beberapa regimen pengobatan digunakan dalam TPT, tergantung pada kondisi pasien dan pedoman medis:
- Isoniazid (INH): Obat ini sering digunakan sebagai terapi pencegahan utama. Regimen biasanya melibatkan konsumsi isoniazid selama 6 hingga 9 bulan. Ini adalah pilihan yang efektif dan sering digunakan karena kemampuannya untuk membunuh bakteri TBC yang tidak aktif di tubuh.
- Rifampisin (RIF): Alternatif lain adalah rifampisin, yang biasanya digunakan selama 4 bulan. Rifampisin dapat menjadi pilihan bagi pasien yang tidak dapat mentoleransi isoniazid atau dalam situasi tertentu.
- Regimen Kombinasi: Kadang-kadang, kombinasi isoniazid dan rifapentine digunakan dalam regimen selama 3 bulan. Regimen ini sering digunakan untuk kemudahan pengobatan dan efektivitasnya dalam mencegah perkembangan TB aktif.
Efektivitas dan Efek Samping
TPT telah terbukti efektif dalam mengurangi risiko perkembangan TBC aktif secara signifikan. Namun, seperti halnya obat lainnya, terapi ini dapat menyebabkan efek samping. Efek samping dari isoniazid meliputi gangguan hati, mual, dan reaksi alergi, sementara rifampisin dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan interaksi dengan obat lain. Oleh karena itu, pemantauan rutin selama terapi sangat penting untuk memastikan pasien tidak mengalami efek samping yang serius.
Pencegahan dan Pemantauan
Selama terapi, pasien perlu menjalani pemantauan berkala untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan dan memantau potensi efek samping. Pemeriksaan fungsi hati dan tes darah mungkin diperlukan untuk menjaga kesehatan pasien. Edukasi pasien tentang pentingnya kepatuhan dalam menjalani pengobatan juga sangat penting untuk memastikan keberhasilan terapi.