Beberapa Hal Yang Bikin Kita Bangkrut Di Saham

Dulu pernah ada satu serial TV komedi Indonesia populer yang dibintangi oleh Sule. Di salah satu episodenya membahas bagaimana tuannya mulai investasi saham. Di akhir cerita, saham yang ia miliki katanya “hangus”.

Saya yang saat itu masih awam dengan dunia saham bertanya-tanya, apakah saham seberbahaya itu?

Setelah sekian tahun bergelut di dunia saham, saya jadi tahu apa penyebab orang bisa sampai rugi besar di saham. Berikut adalah 3 penyebab utamanya menurut pengalaman saya.

1. FOMO

FOMO (Fear of Missing Out) adalah hal yang umum terjadi di dunia saham. FOMO merupakan kondisi ketika banyak orang merasa cemas ketika melihat peluang besar di saham, biasanya terjadi ketika harga saham naik signifikan selama beberapa hari berturut-turut. Ketika itu terjadi, banyak orang akan merasa “ketinggalan kereta” jika tidak ikut beli meskipun dari segi valuasi sudah sangat mahal.

Pada akhirnya “penumpang terakhir” akan terkena dampaknya. Setelah FOMO berakhir, semuanya panik menjual hingga ARB berhari-hari.

Yang paling merasa bangkrut adalah mereka yang menempatkan hampir semua asetnya ke saham tersebut. Apalagi yang sampai berhutang atau pakai uang orang lain.

2. Tidak Analisa Mendalam

Analisis mendalam sangatlah penting sebelum memutuskan investasi saham. Banyak orang “bangkrut” di saham karena emiten yang mereka miliki disuspensi akibat gagal bayar utang. Bahkan hingga delisting yang berarti uang mereka tidak akan kembali.

Ada banyak indikator penting yang didapat hanya ketika kita melakukan analisa sendiri. Salah satunya adalah rasio utang jangka panjang/ekuitas. Suatu emiten bisa dikatakan berisiko tinggi jika rasio tersebut di atas 50% dan kondisi arus kasnya tidak bagus.

3. Tidak Diversifikasi

Diversifikasi membuat keuntungan kita tidak maksimal jika dibandingkan dengan ketika kita beruntung bisa membeli 1 saham yang harganya naik drastis.

Namun diversifikasi dapat melindungi kita dari kerugian total jika kita tidak beruntung membeli satu saham yang ternyata mengalami suspensi hingga pailit atau harga sahamnya anjlok.

Tidak dipungkiri bahwa dalam satu waktu kita pasti pernah salah beli saham. Namun seringkali tidak sepenuhnya salah kita. Ada 3 kemungkinan kesalahan:

1. Kesalahan analisa kita sendiri. Entah itu karena terkena dampak FOMO atau salah analisa lainnya.

2. Kesalahan analisa orang lain. Ada saham yang sebenarnya buruk namun orang lain salah menilai sehingga justru diborong dan harga naik. Dan sebaliknya, saham bagus namun malah dinilai buruk sehingga banyak yang jual dan harga sahamnya justru jatuh.

3. Kesalahan emiten. Perusahaan tersebut selama ini baik-baik saja. Namun karena masalah internal ataupun datangnya pesaing tak terduga membuat kinerjanya anjlok dan bahkan hingga pailit.